Rabu, 23 Disember 2009
Musim hujan,
Turun ribuan air menyembah bumi,
Menghentam manusia yang bersyukur,
Memberi minum kepada tumbuhan,
Memberi dingin kepada dunia,
Hilangkan rasa hangat di dada,
Rasa damai menyelubungi jiwa,
Tersentuh mata melihat ciptaannya,
Terpacul kata Alhamdulillah,
Nikmat Tuhan dari langit,
Musim angin,
Nelayan tidak turun ke sana
Takut dibadai angin yang halus kuasanya,
Membawa bersama air masin ke darat,
Menari-nari bersama ombak,
Mencium pantai dengan rakus,
Meludahkan rasa kepuasan pada manusia,
Ikan-ikan melompat tinggi,
Gembira tak terperi,
Kerana hari ini, Musim ini,
Mereka akan mencari pewaris lagi,
Namun laut juga marah,
Laut bergelora memuntahkan amarah,
Tapi kenapa,
Itu sumber rezeki setiap makhluk,
Nampaknya amarah itu datang dari dalam,
Jauh dari suatu sudut yang tak terpandang,
Rupanya Tuhanmu sedang memberikan peringatan,
Angin bukan asal dari laut,
Malah berarak dari tanah besar gersang,
Mungkin ada yang sedang marah di sana,
Musim Bumi Berarak,
Bukit dahulunya tanah agung si pemerintah,
Kini mampu dimiliki semua juragan liar,
Tanah boleh diganti tukar miliknya,
Sudah ada pedagang tanah,
Tidak lagi takut mereka akan alam,
Terasa akal itu penjana harta dunia,
Sempit memikirkan wang berjuta-juta,
Semua gunung diredah,
Tanah tinggi direndahkan,
Bukit tidak lagi sukar digapai,
Malah sudah tidak jauh dari pantai,
Kini pasak bumi itu,
Dialihkan oleh tangan mereka yang kejam,
Maka akan mereka terima,
Hukuman alam nyata,
Gempa di sini-sana,
Anak-anak kecil ketakutan,
Ibu bapak berpelukan,
Namun ada yang masih mampu ketawa,
Mereka itulah pengkhianat dunia,
Berperang dengan alam,
Menyerang dengan diam,
Mencakar tanah menanam pencakar langit,
Meletupkan jantung bumi,
Sehingga tiada lagi darah merah mengalir,
Asap berkumpul meratapi kerosakan peribadi bumi,
Akhlak dunia kini dinodai,
Sopan alam kini kian pudar,
Maruah tidak berdiri dengan sendiri,
Musim Bersidang,
Mereka manusia pintar,
Mereka tunjang negara,
Mereka ada kuasa dan harta,
Hari ini mereka duduk makan semeja,
Mendengar kata sedih dari dunia asing,
Yang jarang disebut dalam peta,
Selesai makan mereka pulang,
Tiada apa yang difikirkan kecuali kenyang,
Pemuda yang sedang marah disenyapkan,
Bapak-bapak ini punya kuasa,
Tapi mereka buta malah tuli,
Tiada guna lagi merayu,
Keputusan telah ada sebelum kesimpulannya,
Maka pilihlah jalan perang.
23-Disember-2009
red_ayee
Catatan
