Selasa, 24 November 2009
Basah,
Tubuh ini dibaluti rasa yang tak pasti,
Tubuh ini merana, kesakitannya menari-nari,
Tubuh yang sama kini terasa tua,
Tubuh ini hanya pinjaman sementara,
Tubuh ini aku
Perit,
Rasa yang cuba disembunyikan,
Sedih yang teramat hingga terluka mata,
Umpama luka yang tak akan sembuh,
Malah makin dalam kesakitannya,
Aku tidak tertahan lagi,
Kubiarkan air mata menitis,
Tekanan itu semakin pudar,
Ia seolah mimpi
Terjatuh,
Di situ tempatnya,
Di mana aku bermula,
Akhirnya semuanya kembali kepada yang lama,
Sesuatu yang aku ingat tetapi jarang lihat,
Laluan licin itu berduri rupanya,
Aku jatuh berkali-kali,
Bangun dan jatuh lagi,
Lagi dan terus jatuh,
Terdiam aku mengenang nasib,
Tak sama dengan terjatuh dalam cinta
Air mata,
Mengalir bersama darah kering,
Tidak kelihatan tetapi senang melukakan,
Tangisan berdarah itu kini menjadi saksi,
Kehidupan aku kini sudah pasti,
Riwayat diri ini telah sampai penghujung,
Mencari masa untuk berhenti,
Mencari tempat untuk bersemadi,
Tanpa dia aku sendiri
Salji,
Tidak akan muncul di sini,
Mungkin diganti hujan batu Kristal,
Masih lagi dianggap bencana
Meskipun ia indah tanpa warna,
Bentuknya kekal putih bersih,
Tidak sesuai untuk jiwa yang sedang marah,
Kerana ia dingin tenang dan damai,
Cair ia dalam tanganku yang amarah
Akhir,
Semuanya selesai seperti dikomplot,
Lancar seperti selalu ,
Akhirnya aku melangkah tak kemana
Masa tiba dengan gagah,
Memamah dengan kerlipan pantas,
Kini dua pintu terbuka,
Depan dan belakang,
Pilihlah dengan pengalaman yang ada,
Jangan mudah putus harap,
Pada tuhan yang adil,
Dia tahu siapa berhak dijanjikan
Dan siapa berhak dimungkiri
Selamat
Tenang dalam damai…
0 comments:
Catat Ulasan